Halo, para wanita hebat! Pernahkah Anda mendengar berbagai cerita seputar kanker payudara yang bikin bingung? Mulai dari larangan memakai bra berkawat, isu deodoran menyebabkan kanker, hingga anggapan bahwa setiap benjolan payudara pasti kanker.
Artikel ini
akan mengupas mitos seputar kanker payudara yang sering beredar, lalu
meluruskannya dengan fakta medis terpercaya.
Mitos 1:
Perempuan yang Tidak Menyusui Pasti Kena Kanker Payudara
Mitos ini
sangat populer di masyarakat, terutama di pedesaan. Banyak yang percaya bahwa
air susu ibu (ASI) yang tidak dikeluarkan atau tidak diberikan kepada bayi akan
menggumpal di dalam payudara dan memicu tumbuhnya benjolan yang menyebabkan
kanker. Anggapan ini seringkali menimbulkan kekhawatiran berlebihan pada ibu
yang memilih untuk tidak menyusui atau tidak bisa menyusui karena alasan
tertentu.
Fakta:
Meskipun menyusui memang memiliki banyak manfaat kesehatan, termasuk menurunkan
risiko kanker payudara bagi seorang ibu (American Cancer Society, 2020), tetapi
bila tidak menyusui bukan berarti Anda pasti akan terkena kanker payudara.
Risiko kanker payudara dipengaruhi oleh banyak faktor, dan menyusui hanyalah
salah satunya. Ada banyak wanita yang tidak menyusui namun tidak pernah terkena
kanker payudara, dan sebaliknya. Penting untuk diingat bahwa setiap benjolan
baru di payudara, terlepas dari riwayat menyusui, harus segera diperiksakan ke
dokter untuk diagnosis yang tepat.
Mitos 2:
Konsumsi Makanan dan Minuman Berpengawet Menyebabkan Kanker Payudara
Mitos ini
seringkali dikaitkan dengan gaya hidup modern dan konsumsi makanan instan atau
cepat saji. Banyak yang percaya bahwa bahan pengawet, penyedap rasa buatan
(MSG), atau bahan kimia lain dalam makanan dan minuman olahan adalah pemicu
utama kanker payudara. Kekhawatiran ini mendorong banyak orang untuk
menghindari makanan olahan sepenuhnya.
Fakta:
Memang benar bahwa pola makan yang tidak sehat, seperti tinggi gula, lemak
jenuh, dan kurang serat, dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, termasuk
kanker. Namun, tidak ada bukti ilmiah langsung yang menunjukkan bahwa bahan
pengawet atau MSG secara spesifik menyebabkan kanker payudara. Faktor risiko
yang lebih signifikan terkait pola makan adalah obesitas atau kelebihan berat
badan, yang seringkali diakibatkan oleh konsumsi berlebihan makanan tinggi
kalori dan rendah nutrisi, termasuk makanan cepat saji (National Cancer
Institute, 2022). Penting untuk fokus pada pola makan seimbang yang kaya buah,
sayuran, dan biji-bijian utuh, serta membatasi konsumsi makanan olahan dan
minuman manis. Ini adalah pendekatan yang lebih efektif untuk mengurangi risiko
kanker secara keseluruhan.
Mitos 3:
Pemakaian BH Berkawat Dapat Menyebabkan Kanker Payudara
Mitos ini
sangat umum dan seringkali menjadi perdebatan di kalangan wanita. Banyak yang
percaya bahwa kawat pada bra dapat menghambat aliran limfatik di payudara,
sehingga menyebabkan penumpukan racun dan akhirnya memicu kanker. Akibatnya,
banyak wanita yang menghindari penggunaan bra berkawat atau bahkan bra sama
sekali karena khawatir akan risiko ini.
Fakta: Tidak
ada bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa pemakaian bra berkawat atau jenis
bra lainnya dapat menyebabkan kanker payudara. Penelitian ekstensif telah
dilakukan untuk mencari hubungan antara pemakaian bra dan kanker payudara, dan
hasilnya secara konsisten menunjukkan tidak ada korelasi (Penelitian Fred
Hutchinson Cancer Research Center, 2014). Kanker payudara adalah penyakit
kompleks yang disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan gaya
hidup, bukan oleh pakaian dalam. Pilihlah bra yang nyaman dan sesuai dengan
ukuran Anda, terlepas dari ada atau tidaknya kawat.
Mitos 4:
Kanker Payudara Hanya Menyerang Wanita Usia 30-50 Tahun
Mitos ini
seringkali membuat wanita di luar rentang usia tersebut merasa aman dan kurang
waspada terhadap risiko kanker payudara. Mereka mungkin berpikir bahwa kanker payudara
adalah penyakit yang hanya perlu dikhawatirkan oleh wanita paruh baya.
Fakta:
Meskipun risiko kanker payudara memang meningkat seiring bertambahnya usia,
penyakit ini dapat menyerang wanita dari segala usia. Bahkan, ada kasus kanker payudara yang
ditemukan pada wanita di bawah 30 tahun, meskipun jumlahnya lebih sedikit. Oleh
karena itu, penting bagi semua wanita, tanpa memandang usia, untuk melakukan
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara rutin dan menjalani skrining
sesuai rekomendasi dokter. Deteksi dini adalah kunci, dan tidak ada usia yang
benar-benar 'aman' dari risiko kanker payudara.
Mitos 5:
Pisau Bedah Akan Menyebarkan Kanker Payudara
Mitos ini
seringkali menjadi alasan mengapa beberapa pasien menunda atau menolak operasi
sebagai bagian dari pengobatan kanker payudara. Ketakutan bahwa tindakan bedah justru akan
mempercepat penyebaran sel kanker ke bagian tubuh lain adalah kekhawatiran yang
umum.
Fakta: Mitos
ini tidak benar. Operasi adalah salah satu pilar utama dalam penanganan kanker
payudara, terutama untuk mengangkat tumor dan mencegah penyebarannya. Prosedur
bedah modern dilakukan dengan sangat hati-hati untuk meminimalkan risiko
penyebaran sel kanker. Dokter bedah onkologi memiliki keahlian khusus untuk
memastikan pengangkatan tumor dilakukan secara menyeluruh dan aman. Penundaan
pengobatan, termasuk operasi, justru dapat memberikan kesempatan bagi sel
kanker untuk tumbuh dan menyebar lebih luas. Oleh karena itu, penting untuk
mengikuti rekomendasi medis dari dokter yang merawat.
Mitos 6:
Kanker Payudara Pasti Menyerang Jika Ada Riwayat Keluarga
Banyak
wanita merasa cemas dan pasrah jika ada anggota keluarga, terutama ibu atau
nenek, yang pernah didiagnosis kanker payudara. Mereka berasumsi bahwa riwayat
genetik ini adalah vonis mati dan mereka pasti akan mengalami hal yang sama.
Fakta:
Memang benar bahwa riwayat keluarga, terutama pada kerabat tingkat pertama
(ibu, saudara perempuan, anak perempuan), dapat meningkatkan risiko kanker
payudara. Namun, hanya sekitar 10-15% kasus kanker payudara yang disebabkan
oleh mutasi genetik yang diwariskan (seperti BRCA1 dan BRCA2), dan hanya 5-10%
yang benar-benar terkait mutasi genetik spesifik (American Cancer Society,
2023). Mayoritas kasus kanker payudara
(85-90%) terjadi pada wanita tanpa riwayat keluarga yang jelas. Ini berarti,
meskipun ada riwayat keluarga, Anda tidak serta merta akan terkena kanker
payudara. Sebaliknya, jika tidak ada riwayat keluarga, Anda tetap memiliki
risiko. Penting untuk memahami faktor risiko pribadi Anda dan melakukan
skrining yang direkomendasikan, terlepas dari riwayat keluarga.
Mitos 7:
Deodoran atau Antiperspiran Menyebabkan Kanker Payudara
Mitos ini
seringkali muncul karena kekhawatiran akan bahan kimia yang terkandung dalam
produk deodoran atau antiperspiran, seperti aluminium. Banyak yang menduga
bahwa bahan-bahan ini dapat diserap oleh kulit di area ketiak dan memicu
pertumbuhan sel kanker di payudara.
Fakta:
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menyelidiki hubungan antara
penggunaan deodoran/antiperspiran dan kanker payudara. Hasilnya, tidak ada
bukti ilmiah yang kuat dan konsisten yang mendukung klaim ini. Organisasi kesehatan terkemuka di dunia,
seperti National Cancer Institute dan American Cancer Society, menyatakan bahwa
tidak ada hubungan kausal yang terbukti antara penggunaan produk-produk ini
dengan kanker payudara. Fokuslah pada faktor risiko yang terbukti secara ilmiah
daripada mengkhawatirkan produk yang belum terbukti berbahaya.
Mitos 8:
Setiap Benjolan di Payudara Pasti Kanker
Menemukan
benjolan di payudara bisa sangat menakutkan dan seringkali langsung
diasosiasikan dengan kanker. Ketakutan ini bisa menyebabkan kepanikan atau,
sebaliknya, penundaan dalam mencari pertolongan medis karena rasa takut akan
diagnosis yang buruk.
Fakta:
Mayoritas benjolan payudara (sekitar 80%) bersifat jinak atau non-kanker. Ada banyak kondisi lain yang dapat menyebabkan
benjolan di payudara, seperti kista, fibroadenoma (tumor jinak), perubahan
fibrokistik, atau infeksi (Johns Hopkins Medicine, 2023). Meskipun demikian,
sangat penting untuk tidak mengabaikan benjolan baru atau perubahan apapun pada
payudara Anda. Segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis
yang akurat. Hanya dokter yang dapat menentukan apakah benjolan tersebut jinak
atau ganas melalui pemeriksaan fisik, pencitraan (mammografi, USG, MRI), dan
biopsi jika diperlukan.
Mitos 9:
Mammogram Menyebabkan atau Menyebarkan Kanker Payudara
Beberapa
wanita enggan melakukan mammogram karena khawatir akan paparan radiasi atau
takut bahwa tekanan saat pemeriksaan dapat menyebarkan sel kanker yang mungkin
sudah ada. Ketakutan ini dapat menghambat deteksi dini yang sangat penting.
Fakta:
Mammogram adalah alat skrining yang sangat efektif dan aman untuk mendeteksi
kanker payudara pada tahap awal, bahkan sebelum benjolan dapat dirasakan. Dosis radiasi yang digunakan dalam mammogram
sangat kecil (kurang dari 0,4 mSv, setara dengan radiasi alamiah selama 7
minggu) dan dianggap aman (ACS, 2023). Manfaat deteksi dini jauh lebih besar
daripada risiko paparan radiasi yang minimal. Selain itu, tekanan yang
diberikan pada payudara saat mammogram tidak akan menyebabkan penyebaran sel
kanker. Mammogram justru membantu menyelamatkan nyawa dengan mendeteksi kanker
pada stadium yang paling dapat diobati. Jangan biarkan mitos ini menghalangi
Anda untuk melakukan skrining rutin yang direkomendasikan.
Faktor
Risiko Kanker Payudara yang Terbukti Ilmiah
Setelah
membahas berbagai mitos, penting bagi kita untuk memahami faktor-faktor risiko
yang benar-benar terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan kemungkinan
seseorang terkena kanker payudara. Dengan memahami ini, kita bisa mengambil
langkah-langkah pencegahan yang lebih tepat:
- Usia: Risiko kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia. Mayoritas kasus terdiagnosis pada wanita di atas 50 tahun.
- Obesitas atau Kelebihan Berat Badan: Sel lemak memproduksi estrogen, dan kadar estrogen yang tinggi setelah menopause dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
- Konsumsi Alkohol: Konsumsi alkohol, bahkan dalam jumlah sedang, dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Semakin banyak alkohol yang dikonsumsi, semakin tinggi risikonya.
- Kurang Aktivitas Fisik: Gaya hidup sedentari (kurang bergerak) dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara. Aktivitas fisik teratur dapat membantu menjaga berat badan ideal dan mengurangi risiko.
- Paparan Radiasi: Paparan radiasi ke dada, terutama pada usia muda (misalnya, untuk pengobatan kanker lain), dapat meningkatkan risiko kanker payudara di kemudian hari.
- Terapi Hormon Setelah Menopause: Penggunaan terapi hormon kombinasi (estrogen dan progesteron) setelah menopause dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
- Kepadatan Payudara (Dense Breasts): Wanita dengan payudara padat memiliki lebih banyak jaringan ikat dan kelenjar daripada jaringan lemak, yang dapat membuat mammogram lebih sulit dibaca dan sedikit meningkatkan risiko kanker.
- Riwayat Kanker Payudara Pribadi: Jika Anda pernah didiagnosis kanker di satu payudara, risiko Anda untuk mengembangkan kanker di payudara yang lain atau kambuh lebih tinggi.
- Riwayat Keluarga dan Genetik: Meskipun hanya sebagian kecil, mutasi genetik tertentu (seperti BRCA1 dan BRCA2) secara signifikan meningkatkan risiko. Riwayat keluarga yang kuat juga merupakan faktor risiko.
- Pola Makan Tidak Sehat: Diet tinggi lemak jenuh, gula, dan makanan olahan, serta rendah buah dan sayuran, dapat berkontribusi pada obesitas dan peradangan, yang secara tidak langsung meningkatkan risiko kanker.
Memahami
faktor-faktor ini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk memberdayakan
kita agar dapat membuat pilihan gaya hidup yang lebih sehat dan proaktif dalam
melakukan skrining. Banyak dari faktor risiko ini dapat dimodifikasi melalui
perubahan gaya hidup.
Kesimpulan:
Deteksi Dini Adalah Kunci
Kanker
payudara adalah isu kesehatan yang serius, namun informasi yang akurat adalah
senjata terbaik kita. Dengan membedakan mitos dari fakta, kita bisa membuat
keputusan yang lebih baik untuk kesehatan diri sendiri dan orang-orang
terkasih.
Jangan biarkan informasi yang salah membuat kita takut atau lalai. Mulailah
dengan:
- Melakukan SADARI (Periksa
Payudara Sendiri) setiap bulan, 7–10 hari setelah menstruasi
- Menjalani mammogram
sesuai rekomendasi usia
- Menjaga gaya hidup sehat
- Konsultasi ke dokter bila ada
perubahan pada payudara
Dengan informasi yang benar, kita bisa lebih berdaya, cerdas, dan peduli pada kesehatan payudara. Bagikan artikel ini kepada teman, saudara, atau siapa pun yang perlu tahu! Dan, tuliskan di kolom komentar: mitos apa tentang kanker payudara yang pernah Anda dengar?
Daftar
Kata Kunci yang Mungkin Dicari Pengguna:
- kanker payudara
- mitos kanker payudara
- fakta kanker payudara
- SADARI kanker payudara
- mammogram kanker payudara
- benjolan di payudara
- penyebab kanker payudara
- cara deteksi dini kanker payudara
- periksa payudara sendiri SADARI
- tanda-tanda kanker payudara awal
- benjolan di payudara apakah kanker
- faktor risiko kanker payudara
- apakah bra berkawat sebabkan kanker
- apakah deodoran bikin kanker payudara
- riwayat keluarga dan kanker payudara
- usia berisiko kanker payudara
- apakah menyusui bisa cegah kanker payudara
- mammogram aman atau berbahaya
0 Komentar